Lama di Pendam , Akhirnya keluhan Guru Agama Madrasah Pecah Saat Sampaikan Aspirasi Kepada UAS

Lama di Pendam , Akhirnya keluhan Guru Agama Madrasah Pecah Saat Sampaikan Aspirasi Kepada UAS


liputanJambi.id-TANJABBARAT- Kesejahteraan guru agama madrasah tenyata selama ini sangat minim.pasalnya,gaji yang mereka terima selama ini jauh dari kata layak.

keluhan ini pecah Saat para tenaga pendidik agama curhat kepada pasangan Anwar Sadat-Hairan Calon Bupati dan wakil Bupati Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Salah seorang guru agama madrasah mengatakan,selama ini kami laksanakan sebagai tenaga pendidik guru agama madrasah maka bertahan dengan gaji tersebut, semata-mata karena cinta dan peduli dengan masa depan anak bangsa, terutama kepada moral generasi bangsa.

"Ya,kita bertahan mengabdikan diri sebagai guru agama madrasah hanya semata peduli terhadap generasi penerus anak bangsa,"ujar ibu guru agama yang sudah hampir 5 Tahun mengabdikan diri sebagai guru agama di madrasah.

Ia beharap kepada Paslon UAS-HAIRAN apabila nantinya di berikan Amanah sebagai pemimpin Tanjabbarat untuk dapat memperjuangkan kesejahteraan nasib guru agama madrasah,Jagan sampai kesejahteraan guru agama madrasah dipandang sebelah mata.

Itulah makanya kami minta Ustadz Anwar maju calon bupati untuk memperjuangkan kami ini," Kata perwakilan para guru madrasah di hadapan UAS.

"Kalau ustadz Anwar tidak memperhatikan kami siapa lagi yang akan memperhatikan kami. Karena bupati punya kebijakan, dan sampai hari ini permintaan kami itu belum dikabulkan," timpal  guru madrasah lainnya.

Menanggapi keluhan dan masukan guru agama tersebut,UAS mengatakan,insyak Allah jika saya bersama Hairan diberikan amanah oleh masyarakat sebagai pemimpin kepala daerah Tanjabbarat,persoalan ini menjadi perhatian kami.

Mereka pernah mengajukan usulan minta tambah gaji. Gaji mereka yang perbulan sebesar Rp 250 ribu, mereka minta ditambah sebesar Rp 50 ribu. Sehingga perbulan bisa dapat gaji Rp 300 ribu.

Namun permintaan itu tidak dikabulkan. Lalu ada juga guru agama yang perbulannya hanya dihargai sebesar Rp 100 ribu perbulan.

Kenyataan ini membuat para guru agama yang sebagian besar mengajar di madrasah madrasah ini harus legowo suara mereka tidak didengarkan pembuat kebijakan.

"Kalau ustad nya ahli hisap (merokok) dengan permintaan gaji Rp 300 ribu sebulan itu berarti ustadnya cuma bisa beli setengah bungkus rokok. Kalau mau beli sebungkus ustad nya harus nombok (uangnya). Karena sebungkus rokok kan seharga Rp 20 ribu," kata UAS, mencoba menyelami kesulitan hidup para guru agama tersebut.

"Minta tambah gaji sebesar Rp 50 ribu, dan itu pun tidak disetujui si pembuat kebijakan. Kalau menurut saya, bukan Rp 50 ribu. Tapi dua kali lipat jadi Rp 500 ribu minimal gaji para guru madrasah ini perbulan," ujar UAS.

Hal ini kata UAS, karena mengingat beban tugas para guru madrasah mengajar, mendidik anak anak yang sebenarnya cukup berat. Selain itu, ada guru agama yang sebulan digaji rata-rata Rp 100 ribu.

"Maksud saya inilah gambaran betapa tidak ada keadilan dalam pendidikan. Pendidikan madrasah itu juga pendidikan. Madrasah itu sesuai amanah undang undang mencerdaskan bangsa, dan mestinya diperlakukan sama dengan sekolah umum lainnya," ujar UAS, mengaku prihatin melihat ketidakadilan yang dibiarkan terjadi di depan mata.

Dikatakan UAS, orang yang tidak memperhatikan urusan umat Islam, agama dan pendidikan Islam maka kata Nabi Muhammad SAW, dia bukan termasuk golonganku.

"Maka kami tidak mau termasuk golongan orang yang tidak memperhatikan urusan pendidikan dan agama," tegas UAS.(CR7)