SURABAYA -liputanjambi.id-Kandidat Ketua Umum PB HMI Periode 2021-2023 Raihan Ariatama menyatakan bahwa akhir-akhir ini ada semacam upaya untuk membenturkan kembali Islam dan negara. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya ketegangan wacana terutama di media sosial antara Islam dan negara.
Kondisi ini, menurut Raihan, tidak boleh dibiarkan begitu saja. Ia menyebut bahwa tidak ada yang perlu ditentangkan antara Islam dan negara. Keislaman dan keindonesiaan memiliki hubungan yang harmonis dan bisa berjalan berdampingan sebagaimana termaktub dalam konsensus bernegara kita.
“Ketegangan antara Islam dan negara yang terjadi akhir-akhir ini harus menjadi concern HMI. Sebagai organisasi intelektual muslim, HMI harus menjadi jembatan antara Islam dan negara, dan upaya ini telah dilakukan HMI sejak HMI didirikan, dan terus berlangsung sampai detik ini,” ujarnya.
Hal ini ia sampaikan pada acara Diskusi dan Penyampaian Gagasan, Visi dan Misi Calon Ketua Umum PB HMI pada Jum’at, 19 Maret 2021 di Excelso, Jalan Ahmad Yani, Surabaya.
Di acara itu juga, Raihan menekankan pentingnya bagi organisasi sekaliber HMI untuk mengarusutamakan Islam moderat sebagai jembatan antara Islam dan negara. Untuk itu, menurut Raihan, HMI harus terlibat dalam kontestasi pertarungan wacana di ruang publik dengan memanfaatkan berbagai platform media digital.
Ia mencontohkan platform media digital seperti Podcast dan Youtube yang bisa dimanfaatkan oleh HMI mulai dari tataran Komisariat, Cabang, Badko dan PB HMI untuk mengarusutamakan Islam moderat di ruang publik.
“Platform media digital seperti Podcast dan Youtube bisa dijadikan instrumen untuk menyebarkan Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin sekaligus kebangsaan yang Bhineka Tunggal Ika,” terang pria lulusan Departemen Politik dan Pemerintah Fisipol UGM ini.
HMI sebagai jembatan antara Islam dan negara merupakan bagian yang integratif dari program HMI Perisai Kebangsaan yang ditawarkan oleh Raihan Ariatama pada Kongres Ke-XXXI HMI di Surabaya.(CR7)